Sabtu, 01 Januari 2011

Stabilitas Obat


BAB I
PNDAHULUAN

I.1 Latar belakang
               Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan farmasi biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama sampai ketenangan pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan dan dampak negatif bagi jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat dapat sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat optimum.
               Penjelasan diatas menjelaskan kepada kita betapa pentingnya kita mengetahui pada keadaan yang bagaiman suatu obat tersebut aman dapat tahan atau bertahan lama, sehingga obat tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa menurunkan khasiat obat tersebut.
               Olah karena itu pada percobaan ini dilakukan atau dimaksudkan dalam salah satu percobaan pada paraktikum farmasi fisika, sehingga setelah melakukan percobaan stabilitas obat, praktikum dapat mengetahui bagaimana karateristik obat tersebut, atau pada keadaan yang bagaimana suatu obat dapat bertahan lebih lama, serta mampu memperkirakan kadaluarsa suatu obat.
I.2 Maksud percobaan
                    Untuk mengetahui dan memahami cara penentuan kestabilan suatu obat Ampicilin dry sirup.
I.3 Tujuan percobaan
                    Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
1. Menentukan tingkat reaksi penguraian suatu zat
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat
3. Menentukan Ea (Energi aktifasi) dari reaksi penguraian suatu zat
4. Menentukan waktu paruh suatu zat
I.4 Perinsip percobaan
            Penentuan kestabilan dari Ampicilin dry sirup berdasarkan pengaruh temperatur yang dipanaskan pada suhu 40oC, 60oC dan 80oC, yang dipipet 1 ml dengan variasi waktu 0, 10, 20, dan 30 menit, lalu dititrasi dengan menggunakan Na2S2O3 0,01 N dengan indikator kanji sampai terjadi perubahan warna biru menjadi bening yang kemudian dihitung kestabilannya berdasarkan tujuan prinsip dari kinetika kimia.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori umum
                        Pada umunya penentuan kestabilan suatu zat dapat dilakukan dengan cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga praktis digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia adalah (Anonim, 2004) :
1.      Kecepatan reaksi
2.      Farktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
3.      Tingkat reaksi dengan cara penentuannya
Stabilitas suatu obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar obat yang berkhasiat. Batas kadar obat yang masih bersisa 90% tidak dapat lagi disebut sub standar waktu diperlukan hingga tinggal 90% disebut umur obat. ( Alfred Martin, 1983 )
Ada bebrapa pendekan untuk kestabilan dari preparat-preparat farmasi yang mengandung obat-obat yang cenderung mengurai dengan hidrolisis. Barang kali paling nyata adalah  reduksi atau eliminasi air dari sistem farmasi. Bahkan bentuk-bentuk sediaan padat yang mengandung obat-obat labil dalam air dari harus dilindungi dari kelembaban atmosfer. Ini dapat dibantu dengan menggunakan suatu penyalutan pelindung tahan air menyelimuti tablet atau dengan menutup dan menjaga obat dalam wadah yang tertutup rapat. (Lachman, 1994)
Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH, dimana reaksi penguraian dari larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H+) atau basa (OH-) dengan menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan tidak mempengaruhi hasil dari reaksi. (Ansel, 1989)
Kestabilan dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga memrlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan pasien yang membutuhkannya. Oabt yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahaykan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat tersebut optimum. (Anonim, 2004)
Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan trsendiri dengan bahan – bahan dari formulasi yang merupakan kriteria paling penting untuk menentukan suatu stabilitas kimia dan farmasi serta mempersatukannya sebelum memformulasikan menjadi bentuk-bentuk sediaan. (Ansel, 1989)
Untuk obat-obat tertentu 1 bentuk kristal atau polimorf mungkin lebih stabil dari pada lainnya, hal ini penting supaya obat dipastikan murni sebelum diprakarsai percobaan uji stabilitasnya dan suatu ketidakmurnian mungkin merupakan katalisator pada kerusakan obat atau mungkin menjadikan dirinya tidak akan stabil dalam mengubah penampilan fisik bahan obat. (Parrot, 1968)
Kestabilan suatu sediaan farmasi dapat dievaluasi dengan test stabilitas dipercepat dengan mengamati perubahan kosentrasi pada suhu yang tinggi. (Lachman, 1994)
Kestabilan suatu obat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktore antara lain panas, cahaya, oksigen, kelembaban, pengaruh pH dan mikroorganisme. Disini kestabilan suatu obat dapat dipercepat dengan meningkatkan suhunya. Dengan demikian batas waktu kadaluarsa dari suatu obat dapat diketahui dengan tepat. (Anonim, 2004)
Interkonversi bentuk hidrat dan anhidrat dari ampicilin dapat memiliki efek yang berkaitan pada laju  pelarutan dari formulasi berarti berkaitan dengan ketersediaan hayati. Bentuk dari anhidrat lebih larut dibandingkan dengan berat murni kelarutannya pada suhu 37o C telah ditentikan bagian fungsi dari pil untuk ke suatu bentuk kristal. (A.C. Kenneth, 1991)
Perbedaan bahan obat karena susunan kimianya masing-masing memasukkan pengaruhnya dalam sistem biologi. Beberapa bulan dihubungkan dengan lainnya secara kimiawi dan memasukkan pengaruh yang sama. Modifikasi bahan obat yang ada secara kimia dapat menghasilkan senyawa baru dengan kelebihan-kelebihan terapeutiknya dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang paten. Jadi suatu ciri senyawa mungkin diolah secara sintesis dari suatu susunan aktifitas dasar farmakologi untuk mendapatkan bahan-bahan obat yang lebih baik dalam satu kelompok senyawa . senyawa-senyawa yang mempunyai kelebihan terhadap lainnya akan didahulukan pengembangan & pemakaian.(Ansel, 1989)
II.2 Uraian bahan
1.      Aquadest (FI III, hal. 96)
Nama resmi                       : Aqua destillata
Nama lain                          : Air suling
BM / RM                           : 18,02 / H2O
Pemerian                           : Cairan jrnih tidak berwarna dan tidak berasa
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                          : Sebagai pembilas
2.      Ampicilin (FI III, hal. 224)
Nama resmi                       : Ampicillinum
Nama lain                          : Ampisilina
BM / RM                           : 349,41 / C16H19N3O4S
Pemerian                           : Serbuk hablur renik, putih, tidak berbau atau
                                            Hampir tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan                          : Larut dalam 170 bagian air dan praktis tidak
                                             Larut dalam etanol, dalam kloroform P.
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                          : Sebagai sampel
3.      Iodium (FI III, hal. 435)
Nama resmi                       : Iodum
Nama lain                          : Iodida
BM / RM                           : 126,91 / I2
Pemerian                           : Keping atau butir, berat mengkilat, seperti lo-
                                            Gam, hitam kelabu, dan bau khas.
Kelarutan                          : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air,
                                            Dalam 13 bagian etanol 95%.
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                          : Sebagai pereaksi
4.      Natrium hidroksida (FI III, hal. 621)
Nama resmi                       : Natrii hydroxydum
Nama lain                          : Natrium hidroksida
BM / RM                           : 40,00 / NaOH
Pemerian                           : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau
                                            keping, kering, keras dan rapuh.
Kelarutan                          : Sangat muah larut dalam air dan etanol
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                          : Sebagai pereaksi
5.      Natrium tiosulfat (FI III, hal. 654)
Nama resmi                       : Natrii tiosulfas
Nama lain                          : Hipo
BM / RM                           : 248,17 / Na2S2O3
Pemerian                           : Hablur besar tidak berwarna atau serbuk kasar
Kelarutan                          : Larut dalam 0,5 bagian air dan tidak larut da-
                                             Etanol 95% P.
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                          : Sebagai penitrasi
6.      Larutan kanji (FI III, hal 762)
Nama resmi                       : Starch
Nama lain                          : Amilum / pati / kanji
Pemerian                           : Serbuk putih, hablur
Kelarutan                          : Larut dalam air panas, membentuk atau meng-
                                             Hasilkan larutan agak keruh
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                          : Sebagai indikator
7.      Kalium biftalat (FI III, hal. 431)
Nama resmi                       : Kalii hidrogenftalat
Nama lain                          : Kalium biftalat
RM                                    : CO2H.C6H4.CO2K
Pemerian                           : Serbuk hablur putih
Kelarutan                          : Larut perlahan-lahan dalam air, didalam
                                             Larutan jernih, tidak berwarna.
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                          : Sebagai bahan pembuat larutan dapar
II.3 Prosedur kerja
1.      Pembuatan larutan Ampicilin
2.      Larutan  Ampicilin dry sirup dengan 51 ml dapar pH 8, homogenkan.
3.      Masukkan masing-masing 25 ml larutan tersebut kedalam 3 buah tabung. Letakkan  tabung tersebut dalam penangas air yang mempunyai suhu 40oC, 60oC, dan 80oC.
4.      Pipet 1 ml tiap selang waktu 0, 10, 20, dan 30 mnit masing-masing kedalam erlenmeyer A dan B.
5.      Pada erlenmeyer A, tambahkan 5 ml dapar pH 4 dan 10 ml I2 0,01 N, kocok homogen, simpan ditempat gelap selama 10 menit.
6.      Pada erlenmeyer B, ditambahkan 5 ml NaOH 1N dan disimpan ditempat gelap selama 20 menit. Setelah disimpan tambahkan 5 ml HCl 1N, 5 ml dapar pH 4 dan 10 ml I2 0,01 N, simpan kembali ditempat gelap selama 10 menit.
7.      Titrasi larutan A dan B dengan larutan baku dari Na2S2O3 0,01 N dengan menggunakan indikator dari kanji.
8.      Catat volume titran
9.      Ulangi perlakuan diatas untuk menit ke 10, 20, dan 30 .
10.  Tentuan tingkat reaksi penguraian dengan cara grafik dan perhitungan
11.  Hitung energi aktivasi dngan menggunakan persamaan Arrhenius.
12.  Hitung waktu paruh pada suhu kamar.





BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat
1.      Aluminium foil
2.      Bunsen
3.      Buret
4.      Batang pengaduk
5.      Corong
6.      Erlenmeyer 250 ml
7.      Gelas piala 500 ml dan 100 ml
8.      Gelas ukur 10 ml dan 25 ml
9.      Kertas timbang
10.  Kaki tiga
11.  Labu takar 100 ml dan 1000 ml
12.  Pipet tetes
13.  Pipet volume 2 ml, 5 ml, 10 ml, dan 25 ml
14.  Penangas air
15.  Stopwach
16.  Statif
17.  Tabung reaksi besar
18.  Termometer 100oC
III.2 Bahan
1.      Aquadest
2.      Ampicilin dry sirup
3.      Dapar pH 4 dan 8
4.      HCl 1 N
5.      Iod (I2) 0,01 N
6.      NaOH
7.      Na2S2O3 0,01 N
8.      Starch (Indikator kanji)
III.3 Cara kerja
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Dibuat semua pereaksi yang digunakan
3.      Alat yang telah disiapkan kemudian dirangkai
4.      Dilakukan pembuatan larutan Ampicilin dengan cara melarutkannya dalam 50 ml dapar pH 8, kemudian diambil sebanyak 4 ml kemudian dicukupkan sampai 100 ml (dengan mengunakan labutakar).
5.      Diambil sebanyak 25 ml larutan kemudian dimasukkan kedalam 3 tabung yang mana tabung tersebut diletakkan diatas penangas air dengan suhu 40oC, 60oC dan 80o C.
6.      Setelah mencapai suhu yang diinginkan diambil, dipipet 1 ml tiap selnag waktu 0, 10, 20, dan 30  menit masing-masing dimasukkan kedalam erlenmeyer A dan B.
7.      Pada erlenmeyer A, ditambahkan 5 ml dapar pH 4 dan 10 ml I2 0,01 N, dikocok homogen kemudian ditutup menggunakan aluminium foil, lalu disimpan atau ditempatkan dalam tempat gelap selama 10 menit.
8.      Pada erlenmeyer B, ditambahkan 5 ml NaOH 0,01 N kemudian  disimpan ditempat gelap selama 20 menit, setelah itu ditambahkan 5 ml HCl 1 N, 5 ml dapar pH 4 dan 10 ml I2 0,01 N kemudian disimpan lagi dalam tempat gelap selama 10 menit dengan menutup ujungnya dengan aluminium foil.
9.      Dititrasi  larutan A dan B dengan larutan baku Na2S2O3 0,01 N dengan indikator kanji.
10.  Dicatat volume titran
11.  Diulangi seperti diatas untuk menit ke 10, 20, dan 30
12.  Ditentukan tingkat reaksi penguraian dngan cara grafik atau perhitungan.
13.  Dihitung energi aktivasi dengan persamaan dari Arrhenius.
14.  Dihitung waktu paruh pada suhu kamar.








BAB IV
HASIL PENGAMATAN




















BAB V
PEMAHASAN

Suatu sediaan farmasi dalam hal ini adealah obat sangat perlu ndiketahui kestabilannya, disebabkan obat biasanya diproduksi dalam jumlah yang sangat banyak dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan pasien (masyarakat), sehingga dikhawatirkan dalam jangka waktu ya ng lama tersebut, obat ini akan mengalami penguraian yang mana zat urai tersebut dapat bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat tersebut optimum.
Percobaan stabilitas obat ini menggunakan Ampicilin dry sirup, dengan melihat pengaruh yang disebabkan oleh perbedaan suhu, berdasarkan percobaan Ampicilin dapat terurai pada suhu yang tinggi, sebab pada suhu tinggi reaksi dari degradasi atau penguraian akan berlangsung dengan cepat.
Pada percobaan ini, ampicilin dry sirup dilarutkan dalam larutan dapar pH 8 sampai homogen (sebanyak 50 ml), lalu diambil sebanyak 4 ml kemudian dicukupkan sampai 100 ml. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menentukan pengaruh suhu terhadap kestabilan suatu obat.
Adapun tujuan dilakukan pada berbagai suhu yaitu pada suhu 40oC, 60oC, dan 80oC. Ini dimaksudkan untuk membedaklan atau mengetahui pada suhu berapa obat dapat stabil dengan baik dan pada suhu berapa obat akan terurai dengan cepat.
Penggunaan indikator kanji pada saat titrasi yaitu untuk menentukan titik akhir titrasi dari ampicilin dimana larutan kanji dengan iodium yang dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 dapat membentuk suatu senyawa absorbsi dengan memberikan perubahan warna dari kuning kecoklatan menjadi bening.
Percobaan ini menggunakan iodium bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi sehingga akan ada keseimbangan antara iodium dengan iodida, yang mana iodida merupakan suatu pereduksi yang diproduksi dari titrasi dengan larutan baku Na2S2O3 yang dapat membentuk iodium.
Percobaan ini menggunakan berbagai bahan diantaranya adalah dapar pH untuk mempertahankan harga pH, NaOH dapat memberikan suasana basa dan HCl dapat memberikan suasana asam dan menetralkan kelebihan basa dari NaOH. Tujuan diberikannya suasana asam dan basa karena ampicilin dry sirup dapat mengalami hidrolisis terkatalisis pada asam umum dan basa umum, menyebabkan reaksi terjadi dengan cepat.
Alasan menggunakan suhu yang tinggi, karena bila kita ingin mengetahui batas kestabilan suatu obat (batas kadaluarsanya), maka obat harus disimpan dalam waktu yang lama sampai obat tersebut berubah, hal in tentu tidak bisa karena keterbatasan waktu, maka digunakanlah suhu tinggi karena uji kestabilan obat dapat dipercepat dengan menggunakan perubahan suhu atau menggunakan suhu yang tinggi.
Percobaan ini menggunalkan titrasi tidak langsung disebabkan karena penambahan indikator dilakukan pada saat sebelum tiutk akhir titrasi dimana warna kuninghampir memucat disababkan kanji membentuk senyawa yang kompleks.

1 komentar:

  1. ini daftar pustaka nya diambil daria mana saja yaa kok gak dicantumkan..

    BalasHapus