Sabtu, 01 Januari 2011

Kelarutan Farmasi Fisika


KELARUTAN
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada factor temperature, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.
PRINSIP UMUM
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada tempertaur tertentu, dan secara kualihtatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk disspersi molekuler homogen.
Berdasarkan zat terlarutnya, di bedakan menjadi 3:
·        Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat(zat terlarut)
·        larutaan tidak jenuh atau hampir jenuh  adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperature tertentu
·        larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daipada yang seharusnya ada pada temperature tertent, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut

Kelarutan. Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Menurut U.S pharmacopela dan National Formulary. Kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut dimana akan larut 1 gram zat terlarut.

INTERAKSI PELARUT-ZAT TERLARUT

Pelarut Polar.kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu oleh dipole momennya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionic dan zat polar lain. Sesuai dengan itu, air  bercampur dengan alcohol dalam segala perbandingan dan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi yang lain.
Singkatnya, pelarut polar sebagai air bertindak sebagai pelarut menurut mekanisme berikut ini
·        disebabkan karena tingginya tetapan dielektrik yaitu sekitar 80 untuk air, pelarut polar menguragi gaya tarik menarik antara ion dalam Kristal yang bermuatan  berlawanan seperti natrium klorida. Kloroform mempunyai tetapan dielektrik 5 dan benzene sekitar 1 atau 2, oleh karena itu senyawa ionic praktis tidak larut dalam pelarut ini
·        pelarut polar memecahkan ikatan kovalen dari elektrolit kuat dengan reaksi asam basa karena pelarut ini amfiprotik.
·        Akhirnya pelarut polar mampu mengsolvasi molekul dan ion  adanya gaya interaksi dipole, terutama pembentukan ikatan hydrogen, yang menyebabkan kelarutan dari senyawa tersebut

Pelarut nonpolar. Aksi pelarut dari cairan nonpolar, seperti hidrokarbon, berbeda dengan zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah.
Pelarut semipolar. Pelarut semi polar seperti keton  dan alcohol dapat menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut nonpolar, sehingga menjadi dapat larut dalam alcohol

KELARUTAN GAS DALAM CAIRAN
Kelarutan gas dalam cairan adalah konsentrasi gas terlarut apabila berada dalam kkeseimbangan dengan gas murrni di atas larutan. Kelarutan terutama bergantung pada :
·        Tekanan.pertimbangan yang penting dalam larutan gas karena tekanan mengubah kalarutan gas terlarut dalam kesetimbangan, laarutan yang sangat encer, pada temperature konstan, konntraksi gas  terlarut sebanding dengan tekanan parsial gas di atas larutan pada kesetimbangan.
·        Temperatur.temperatur juga mempunyai pengaruh yang nyata pada kelarutan gas dalam cairan. Apabila temperature naik, kelarutan gas umumnya turun, disebabkan karena kecennderungan gas yang besar untuk berekspansi
·        Pengusiran Garam.pengaruh pengusiran garam dapat diperlihatkan dengan menambah sejumlah kecil garam ke dalam larutan “berkarbon”
·        Pengaruh reaksi Kimia.gas seperti hidroklorida, amonia, dan karbon dioksida memperlihatkan penyimpangan sebagai akibat adanya reaksi kimia antara gas dan pelarut,biasanya dengan hasil meningkaatnya kelarutan.
·        Perhitungan kelarutan. Kelarutan gas dalam cairan dapat dinyatakan baik dengan tatapan HUKUM HENDRY maupun dengan KOEFISIEN ABSORPSI BUNSEN.

KELARUTAN CAIRAN DALAM CAIRAN

Larutan Ideal dan Larutan Nyata. Campuran dikatakan ideal apabila kedua komponeen larutan biner mengikuti hokum Roult untuk seluruh komposisi. Jika salah satu komponen menunjukkan penyimpangan negative, dapat diperlihatkan dengan penggunaan termodinamika bahwa komponen lain harus juga menunjukkan penyimpangan negative.

Tercampur Sempurna.bercampur dalam segala perbandingan. Campuran cairan yang bercampur sempurna umumnya tidak merupakan suatu masalah untuk para ahli farmasi dan tidak perlu dipermasalahkan lebih lanjut.

Tercampur Sebagian.apabila air dan eter atau air dan fenol dicampur dalam jumlah tertentu, akan terbentuk 2 lapisan cairan, masing-masing caairan mengandung cairan lain dalm keadaan terlarut.

Pengaruh Zat Asing.penambahan suatu zat ke dalam system cauran biner menghasilkan system terner yaitu suatu system yang mempunyai 3 komponen.

Hubungan Molekuler.mempunyai nilai yang bergantung pada gambar struktur dan gugus fungsi dari molekul tertentu.

KELARUTAN ZAT PADAT DALAM CAIRAN

·        Laturan ideal.kelarutan zat padat dalam larutan ideal bergantung pada temperature, titik leleh zat padat, panas peleburan Molar. Panas pelarutan sama dengan panas peleburan , yang dianggap konstan tidak bergantung pada temperature.

·        Larutan nonideal. Keaktifan zat terlarut dalam larutan dinyatakan sebagai konsentrasi dikalikan dengan koefisian keaktifan.
Larutan tidak ideal dimana persamaan Scatchard-hildebrand diterapkan disebut larutan regular. Larutan regular dapat lebih dimengerti dengan membandingkan terhadap beberapa sifat larutan ideal.

·        Pendekatan Kelarutan Hildebrand yang Diperluas.menghitung kelarutan zat terlatut polar dan nonpolar sampai pelarut yang sangat polar seperti alcohol,glikol dan air.
Kelayakan suatu pendekatan teoritis adalah kemampuan menghitung kelarutan obat dalam pelarut campuran dan pelarut murni, dengan hanya menggunakan sifat fisika kimia dasar zat terlarut dan pelarut.

·        Solvasi dan Asosiasi dalam Larutan Senyawa Polar.kombinasi khusus pelarut dan zat terlarut disebut sebagai solvasi. Sedangkan asosiasi adalah apabila terjadi interaksi antara molekul sejenis dari salah satu komponen dalam larutan .

·        Parameter Kelarutan (parsial) Berganda.untuk memperhitungkan sifat polar pelarut yang di gunakan dalam industry cat, Burell mengelompokkan pelarut kedalam kapasitas ikatan hydrogen rendah, sedang dan tinggi. Bersama-sama dengan parameter kelarutan mempermudah pemilihan pelarut  untuk cat, cinta, perekat, dan bahan-bahan peragangan sejenisnya.

Dengan menggunakan parameter kelarutan parsial, para pengamatg dapat memperkirakan kelarutan naftalen dalam sejumlah pelarut polar dan nonpolar. Parameter kelarutan naftalen dalam 24 macam pelarut diperoleh dari pustaka dan diregresi terhadap kuadrat perbedaan parameter kelarutan parsial dari naftalen.
Ringkasnya, konsep parameter kelarutan tidak ragu lagi akan diperpanjang di masa mendatang untuk memasukkan efek akseptor proton dan donohr proton. Penelitian ini memberikan perkiraan kuantitatif dari kelarutan obat. Pengetahuan yang di dapaat dari penerapan pendekatan ini harus juga member andil pada pengerrtian umum lebih baik tentang interaksi zat terlarut-pelarut.

·        Kelarutan Garam dalam Air. Kenaikan temperature menaikkan kelarutan zat padat yang mengabsorpsi panas apabila dilarutkan. Pengaaruh ini sesuai dengan asa Le, Chatelier, yang mengatakan bahwa system cenderung menyesuaikan diri dengan cara sedemikian rupa sehingga akan melawan suatu tantangan  misalnya kenaikan temperature
·        Kelarutan Elektrolit yang Sukar Larut. Apabila elektrolit yang sukar larut dilarutkan untuk membentuk larutab jenuh, kelarutan digambarkan oleh tetapan khusus yang dikenal dengan KSP dari senyawa.
Garam-garam yang tidak mempunyai ion yang sejenis dengan elektrolit yang sukar larut, menghasilkan pengaruh yang berlawanan dengan pengarruh adanya ion sejenis: pada konsentrasi sedang, garam ini menaikkan dan bukan menurunkan kelarutan  karena adanya penurunan koefisien keaktigfan.


Stabilitas Obat


BAB I
PNDAHULUAN

I.1 Latar belakang
               Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan farmasi biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama sampai ketenangan pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan dan dampak negatif bagi jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat dapat sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat optimum.
               Penjelasan diatas menjelaskan kepada kita betapa pentingnya kita mengetahui pada keadaan yang bagaiman suatu obat tersebut aman dapat tahan atau bertahan lama, sehingga obat tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa menurunkan khasiat obat tersebut.
               Olah karena itu pada percobaan ini dilakukan atau dimaksudkan dalam salah satu percobaan pada paraktikum farmasi fisika, sehingga setelah melakukan percobaan stabilitas obat, praktikum dapat mengetahui bagaimana karateristik obat tersebut, atau pada keadaan yang bagaimana suatu obat dapat bertahan lebih lama, serta mampu memperkirakan kadaluarsa suatu obat.
I.2 Maksud percobaan
                    Untuk mengetahui dan memahami cara penentuan kestabilan suatu obat Ampicilin dry sirup.
I.3 Tujuan percobaan
                    Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
1. Menentukan tingkat reaksi penguraian suatu zat
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat
3. Menentukan Ea (Energi aktifasi) dari reaksi penguraian suatu zat
4. Menentukan waktu paruh suatu zat
I.4 Perinsip percobaan
            Penentuan kestabilan dari Ampicilin dry sirup berdasarkan pengaruh temperatur yang dipanaskan pada suhu 40oC, 60oC dan 80oC, yang dipipet 1 ml dengan variasi waktu 0, 10, 20, dan 30 menit, lalu dititrasi dengan menggunakan Na2S2O3 0,01 N dengan indikator kanji sampai terjadi perubahan warna biru menjadi bening yang kemudian dihitung kestabilannya berdasarkan tujuan prinsip dari kinetika kimia.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori umum
                        Pada umunya penentuan kestabilan suatu zat dapat dilakukan dengan cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga praktis digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia adalah (Anonim, 2004) :
1.      Kecepatan reaksi
2.      Farktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
3.      Tingkat reaksi dengan cara penentuannya
Stabilitas suatu obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar obat yang berkhasiat. Batas kadar obat yang masih bersisa 90% tidak dapat lagi disebut sub standar waktu diperlukan hingga tinggal 90% disebut umur obat. ( Alfred Martin, 1983 )
Ada bebrapa pendekan untuk kestabilan dari preparat-preparat farmasi yang mengandung obat-obat yang cenderung mengurai dengan hidrolisis. Barang kali paling nyata adalah  reduksi atau eliminasi air dari sistem farmasi. Bahkan bentuk-bentuk sediaan padat yang mengandung obat-obat labil dalam air dari harus dilindungi dari kelembaban atmosfer. Ini dapat dibantu dengan menggunakan suatu penyalutan pelindung tahan air menyelimuti tablet atau dengan menutup dan menjaga obat dalam wadah yang tertutup rapat. (Lachman, 1994)
Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH, dimana reaksi penguraian dari larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H+) atau basa (OH-) dengan menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan tidak mempengaruhi hasil dari reaksi. (Ansel, 1989)
Kestabilan dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga memrlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan pasien yang membutuhkannya. Oabt yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahaykan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat tersebut optimum. (Anonim, 2004)
Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan trsendiri dengan bahan – bahan dari formulasi yang merupakan kriteria paling penting untuk menentukan suatu stabilitas kimia dan farmasi serta mempersatukannya sebelum memformulasikan menjadi bentuk-bentuk sediaan. (Ansel, 1989)
Untuk obat-obat tertentu 1 bentuk kristal atau polimorf mungkin lebih stabil dari pada lainnya, hal ini penting supaya obat dipastikan murni sebelum diprakarsai percobaan uji stabilitasnya dan suatu ketidakmurnian mungkin merupakan katalisator pada kerusakan obat atau mungkin menjadikan dirinya tidak akan stabil dalam mengubah penampilan fisik bahan obat. (Parrot, 1968)
Kestabilan suatu sediaan farmasi dapat dievaluasi dengan test stabilitas dipercepat dengan mengamati perubahan kosentrasi pada suhu yang tinggi. (Lachman, 1994)
Kestabilan suatu obat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktore antara lain panas, cahaya, oksigen, kelembaban, pengaruh pH dan mikroorganisme. Disini kestabilan suatu obat dapat dipercepat dengan meningkatkan suhunya. Dengan demikian batas waktu kadaluarsa dari suatu obat dapat diketahui dengan tepat. (Anonim, 2004)
Interkonversi bentuk hidrat dan anhidrat dari ampicilin dapat memiliki efek yang berkaitan pada laju  pelarutan dari formulasi berarti berkaitan dengan ketersediaan hayati. Bentuk dari anhidrat lebih larut dibandingkan dengan berat murni kelarutannya pada suhu 37o C telah ditentikan bagian fungsi dari pil untuk ke suatu bentuk kristal. (A.C. Kenneth, 1991)
Perbedaan bahan obat karena susunan kimianya masing-masing memasukkan pengaruhnya dalam sistem biologi. Beberapa bulan dihubungkan dengan lainnya secara kimiawi dan memasukkan pengaruh yang sama. Modifikasi bahan obat yang ada secara kimia dapat menghasilkan senyawa baru dengan kelebihan-kelebihan terapeutiknya dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang paten. Jadi suatu ciri senyawa mungkin diolah secara sintesis dari suatu susunan aktifitas dasar farmakologi untuk mendapatkan bahan-bahan obat yang lebih baik dalam satu kelompok senyawa . senyawa-senyawa yang mempunyai kelebihan terhadap lainnya akan didahulukan pengembangan & pemakaian.(Ansel, 1989)
II.2 Uraian bahan
1.      Aquadest (FI III, hal. 96)
Nama resmi                       : Aqua destillata
Nama lain                          : Air suling
BM / RM                           : 18,02 / H2O
Pemerian                           : Cairan jrnih tidak berwarna dan tidak berasa
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                          : Sebagai pembilas
2.      Ampicilin (FI III, hal. 224)
Nama resmi                       : Ampicillinum
Nama lain                          : Ampisilina
BM / RM                           : 349,41 / C16H19N3O4S
Pemerian                           : Serbuk hablur renik, putih, tidak berbau atau
                                            Hampir tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan                          : Larut dalam 170 bagian air dan praktis tidak
                                             Larut dalam etanol, dalam kloroform P.
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                          : Sebagai sampel
3.      Iodium (FI III, hal. 435)
Nama resmi                       : Iodum
Nama lain                          : Iodida
BM / RM                           : 126,91 / I2
Pemerian                           : Keping atau butir, berat mengkilat, seperti lo-
                                            Gam, hitam kelabu, dan bau khas.
Kelarutan                          : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air,
                                            Dalam 13 bagian etanol 95%.
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                          : Sebagai pereaksi
4.      Natrium hidroksida (FI III, hal. 621)
Nama resmi                       : Natrii hydroxydum
Nama lain                          : Natrium hidroksida
BM / RM                           : 40,00 / NaOH
Pemerian                           : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau
                                            keping, kering, keras dan rapuh.
Kelarutan                          : Sangat muah larut dalam air dan etanol
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                          : Sebagai pereaksi
5.      Natrium tiosulfat (FI III, hal. 654)
Nama resmi                       : Natrii tiosulfas
Nama lain                          : Hipo
BM / RM                           : 248,17 / Na2S2O3
Pemerian                           : Hablur besar tidak berwarna atau serbuk kasar
Kelarutan                          : Larut dalam 0,5 bagian air dan tidak larut da-
                                             Etanol 95% P.
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                          : Sebagai penitrasi
6.      Larutan kanji (FI III, hal 762)
Nama resmi                       : Starch
Nama lain                          : Amilum / pati / kanji
Pemerian                           : Serbuk putih, hablur
Kelarutan                          : Larut dalam air panas, membentuk atau meng-
                                             Hasilkan larutan agak keruh
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                          : Sebagai indikator
7.      Kalium biftalat (FI III, hal. 431)
Nama resmi                       : Kalii hidrogenftalat
Nama lain                          : Kalium biftalat
RM                                    : CO2H.C6H4.CO2K
Pemerian                           : Serbuk hablur putih
Kelarutan                          : Larut perlahan-lahan dalam air, didalam
                                             Larutan jernih, tidak berwarna.
Penyimpanan                     : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                          : Sebagai bahan pembuat larutan dapar
II.3 Prosedur kerja
1.      Pembuatan larutan Ampicilin
2.      Larutan  Ampicilin dry sirup dengan 51 ml dapar pH 8, homogenkan.
3.      Masukkan masing-masing 25 ml larutan tersebut kedalam 3 buah tabung. Letakkan  tabung tersebut dalam penangas air yang mempunyai suhu 40oC, 60oC, dan 80oC.
4.      Pipet 1 ml tiap selang waktu 0, 10, 20, dan 30 mnit masing-masing kedalam erlenmeyer A dan B.
5.      Pada erlenmeyer A, tambahkan 5 ml dapar pH 4 dan 10 ml I2 0,01 N, kocok homogen, simpan ditempat gelap selama 10 menit.
6.      Pada erlenmeyer B, ditambahkan 5 ml NaOH 1N dan disimpan ditempat gelap selama 20 menit. Setelah disimpan tambahkan 5 ml HCl 1N, 5 ml dapar pH 4 dan 10 ml I2 0,01 N, simpan kembali ditempat gelap selama 10 menit.
7.      Titrasi larutan A dan B dengan larutan baku dari Na2S2O3 0,01 N dengan menggunakan indikator dari kanji.
8.      Catat volume titran
9.      Ulangi perlakuan diatas untuk menit ke 10, 20, dan 30 .
10.  Tentuan tingkat reaksi penguraian dengan cara grafik dan perhitungan
11.  Hitung energi aktivasi dngan menggunakan persamaan Arrhenius.
12.  Hitung waktu paruh pada suhu kamar.





BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat
1.      Aluminium foil
2.      Bunsen
3.      Buret
4.      Batang pengaduk
5.      Corong
6.      Erlenmeyer 250 ml
7.      Gelas piala 500 ml dan 100 ml
8.      Gelas ukur 10 ml dan 25 ml
9.      Kertas timbang
10.  Kaki tiga
11.  Labu takar 100 ml dan 1000 ml
12.  Pipet tetes
13.  Pipet volume 2 ml, 5 ml, 10 ml, dan 25 ml
14.  Penangas air
15.  Stopwach
16.  Statif
17.  Tabung reaksi besar
18.  Termometer 100oC
III.2 Bahan
1.      Aquadest
2.      Ampicilin dry sirup
3.      Dapar pH 4 dan 8
4.      HCl 1 N
5.      Iod (I2) 0,01 N
6.      NaOH
7.      Na2S2O3 0,01 N
8.      Starch (Indikator kanji)
III.3 Cara kerja
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Dibuat semua pereaksi yang digunakan
3.      Alat yang telah disiapkan kemudian dirangkai
4.      Dilakukan pembuatan larutan Ampicilin dengan cara melarutkannya dalam 50 ml dapar pH 8, kemudian diambil sebanyak 4 ml kemudian dicukupkan sampai 100 ml (dengan mengunakan labutakar).
5.      Diambil sebanyak 25 ml larutan kemudian dimasukkan kedalam 3 tabung yang mana tabung tersebut diletakkan diatas penangas air dengan suhu 40oC, 60oC dan 80o C.
6.      Setelah mencapai suhu yang diinginkan diambil, dipipet 1 ml tiap selnag waktu 0, 10, 20, dan 30  menit masing-masing dimasukkan kedalam erlenmeyer A dan B.
7.      Pada erlenmeyer A, ditambahkan 5 ml dapar pH 4 dan 10 ml I2 0,01 N, dikocok homogen kemudian ditutup menggunakan aluminium foil, lalu disimpan atau ditempatkan dalam tempat gelap selama 10 menit.
8.      Pada erlenmeyer B, ditambahkan 5 ml NaOH 0,01 N kemudian  disimpan ditempat gelap selama 20 menit, setelah itu ditambahkan 5 ml HCl 1 N, 5 ml dapar pH 4 dan 10 ml I2 0,01 N kemudian disimpan lagi dalam tempat gelap selama 10 menit dengan menutup ujungnya dengan aluminium foil.
9.      Dititrasi  larutan A dan B dengan larutan baku Na2S2O3 0,01 N dengan indikator kanji.
10.  Dicatat volume titran
11.  Diulangi seperti diatas untuk menit ke 10, 20, dan 30
12.  Ditentukan tingkat reaksi penguraian dngan cara grafik atau perhitungan.
13.  Dihitung energi aktivasi dengan persamaan dari Arrhenius.
14.  Dihitung waktu paruh pada suhu kamar.








BAB IV
HASIL PENGAMATAN




















BAB V
PEMAHASAN

Suatu sediaan farmasi dalam hal ini adealah obat sangat perlu ndiketahui kestabilannya, disebabkan obat biasanya diproduksi dalam jumlah yang sangat banyak dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan pasien (masyarakat), sehingga dikhawatirkan dalam jangka waktu ya ng lama tersebut, obat ini akan mengalami penguraian yang mana zat urai tersebut dapat bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat tersebut optimum.
Percobaan stabilitas obat ini menggunakan Ampicilin dry sirup, dengan melihat pengaruh yang disebabkan oleh perbedaan suhu, berdasarkan percobaan Ampicilin dapat terurai pada suhu yang tinggi, sebab pada suhu tinggi reaksi dari degradasi atau penguraian akan berlangsung dengan cepat.
Pada percobaan ini, ampicilin dry sirup dilarutkan dalam larutan dapar pH 8 sampai homogen (sebanyak 50 ml), lalu diambil sebanyak 4 ml kemudian dicukupkan sampai 100 ml. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menentukan pengaruh suhu terhadap kestabilan suatu obat.
Adapun tujuan dilakukan pada berbagai suhu yaitu pada suhu 40oC, 60oC, dan 80oC. Ini dimaksudkan untuk membedaklan atau mengetahui pada suhu berapa obat dapat stabil dengan baik dan pada suhu berapa obat akan terurai dengan cepat.
Penggunaan indikator kanji pada saat titrasi yaitu untuk menentukan titik akhir titrasi dari ampicilin dimana larutan kanji dengan iodium yang dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 dapat membentuk suatu senyawa absorbsi dengan memberikan perubahan warna dari kuning kecoklatan menjadi bening.
Percobaan ini menggunakan iodium bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi sehingga akan ada keseimbangan antara iodium dengan iodida, yang mana iodida merupakan suatu pereduksi yang diproduksi dari titrasi dengan larutan baku Na2S2O3 yang dapat membentuk iodium.
Percobaan ini menggunakan berbagai bahan diantaranya adalah dapar pH untuk mempertahankan harga pH, NaOH dapat memberikan suasana basa dan HCl dapat memberikan suasana asam dan menetralkan kelebihan basa dari NaOH. Tujuan diberikannya suasana asam dan basa karena ampicilin dry sirup dapat mengalami hidrolisis terkatalisis pada asam umum dan basa umum, menyebabkan reaksi terjadi dengan cepat.
Alasan menggunakan suhu yang tinggi, karena bila kita ingin mengetahui batas kestabilan suatu obat (batas kadaluarsanya), maka obat harus disimpan dalam waktu yang lama sampai obat tersebut berubah, hal in tentu tidak bisa karena keterbatasan waktu, maka digunakanlah suhu tinggi karena uji kestabilan obat dapat dipercepat dengan menggunakan perubahan suhu atau menggunakan suhu yang tinggi.
Percobaan ini menggunalkan titrasi tidak langsung disebabkan karena penambahan indikator dilakukan pada saat sebelum tiutk akhir titrasi dimana warna kuninghampir memucat disababkan kanji membentuk senyawa yang kompleks.

Kimia Organik


Kemiripan antara reaksi-reaksi
Perbandingan struktur air, etanol, dan fenol
Air, etanol, dan fenol masing-masing mengandung sebuah gugus -OH. Pada molekul air, gugus ini terikat pada atom hidrogen, pada molekul alkohol terikat pada sebuah gugus alkil (disimbolkan dengan "R"), dan pada molekul fenol terikat pada sebuah cincin benzen. Rumus molekul fenol adalah C6H5OH.
Perbandingan reaksi asil klorida dan reaksi anhidrida asam dengan air, alkohol dan fenol
Karena asil klorida memiliki rumus struktur yang jauh lebih mudah, maka akan sangat membantu jika kita memulai pembahasan dengan asil klorida.
Reaksi dengan asil klorida
Kita akan mengambil contoh etanoil klorida sebagai asil klorida sederhana.
Reaksi umum antara klorida etanoil dengan sebuah senyawa X-O-H (dimana X adalah hidrogen, atau sebuah gugus alkil, atau sebuah cincin benzen) adalah:
Sehingga setiap reaksi akan menghasilkan gas hidrogen klorida – hidrogen berasal dari gugus -OH, dan klorin berasal dari etanoil klorida . Komponen lain yang tersisa semuanya bergabung menjadi satu struktur.
Reaksi dengan anhidrida asam
Kita mengambil contoh anhidrida etanoat sebagai anhidrida asam yang paling umum ditemui dalam pembahasan tingkat dasar.
Jika anda membandingkan persamaan reaksi di atas dengan persamaan reaksi untuk asil klorida, anda bisa melihat bahwa satu-satunya perbedaan adalah bahwa yang dihasilkan sebagai produk kedua adalah asam etanoat, bukan hidrogen klorida seperti pada reaksi asil klorida.
Reaksi-reaksi anhidrida asam persis sama seperti reaksi-reaksi asil klorida yang sebanding kecuali:
  • Asam etanoat terbentuk sebagai produk kedua bukan gas hidrogen klorida.
  • Reaksi berlangsung lebih lambat. Anhidrida asam tidak terlalu reaktif seperti asil klorida.
Reaksi masing-masing dengan air, alkohol, dan fenol
Reaksi dengan air
Dengan memodifikasi persamaan umum yang disebutkan di atas, yaitu X-OH diganti dengan H-OH (air), maka akan diperoleh dua molekul asam etanoat.
Persamaan ini lebih sering (dan lebih mudah) dituliskan sebagai berikut:
Reaksi ini berlangsung lambat pada suhu kamar (lebih cepat jika dipanaskan) tanpa ada hal-hal menarik yang bisa diamati (berbeda dengan asil klorida dimana asap hidrogen klorida terbentuk). Pada reaksi ini anda mencampur dua cairan tidak berwarna dan memperoleh cairan tidak berwarna lainnya.
Adapun reaksi untuk asil klorida adalah:
Reaksi dengan alkohol
Kita akan memulai dengan mengambil contoh alkohol secara umum yang bereaksi dengan anhidrida etanoat. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
atau, untuk lebih sederhananya:
Produk yang terbentuk kali ini (selain asam etanoat yang selalu terbentuk) adalah sebuah ester. Sebagai contoh, dengan etanol akan diperoleh ester etil etanoat:
Reaksi ini juga memerlukan sedikit pemanasan agar bisa berlangsung dengan laju reaksi yang cukup, dan lagi-lagi tidak ada kejadian dramatis yang bisa diamati.
Adapun reaksi untuk asil klorida adalah:
Reaksi dengan fenol
Reaksi dengan fenol sendiri
Fenol memiliki sebuah gugus -OH yang terikat langsung pada sebuah cincin benze. Dalam zat yang biasanya disebut "fenol", tidak ada lagi yang terikat pada cincin selain gugus -OH tersebut. Kita akan membahas ini terlebih dahulu.
Reaksi antara fenol dengan anhidrida asam tidak begitu penting, tetapi akan diperoleh ester persis seperti pada reaksi dengan alkohol.
Atau, untuk lebih sederhananya:
Khususnya jika anda menuliskan persamaan dengan cara kedua di atas, maka akan terlihat jelas bahwa dihasilkan ester yang lain – dalam hal ini, disebut fenil etanoat.
Adapun reaksi untuk asil klorida adalah:
Tetapi anda perlu hati-hati karena struktur ester biasa dituliskan dengan berbagai cara sehingga strukturnya lebih mirip seperti sebuah turunan fenol.
Sebagai contoh:
Perhatikan bahwa hidrogen dari gugus -OH fenol telah digantikan oleh sebuah gugus asil (sebuah gugus alkil yang terikat pada ikatan rangkap C=O).
Anda bisa mengatakan bahwa fenol telah terasetilasi atau telah mengalami asilasi.
Karena sifat dari gugus alkil yang khusus ini, maka proses ini juga disebut sebagai etanoilasi. Hidrogen digantikan oleh sebuah gugus etanoil, CH3CO-.
Pembuatan aspirin
Reaksi dengan fenol sendiri tidak terlalu penting, tetapi kita bisa membuat aspirin dengan sebuah reaksi yang sangat mirip dengan reaksi ini.
Molekul berikut adalah asam 2-hidroksibenzoat (juga disebut sebagai asam 2-hidroksibenzenkarboksilat). Nama lama untuk senyawa ini adalah asam salisilat.
Anda bisa menemukan senyawa ini dituliskan dengan salah satu dari dua cara berikut. Keduanya adalah struktur yang sama dengan molekul yang hanya diputar.
Anda juga bisa menemukan senyawa ini dituliskan dengan gugus -OH pada bagian ujung atas dan gugus -COOH di sebelah kiri atau kanannya. Ini terkadang sangat membingungkan.
Apabila senyawa ini bereaksi dengan anhidrida etanoat, maka akan teretanoilasi (atau terasetilasi untuk istilah lebih umumnya) menghasilkan:
Semua cara penulisan ini bisa digunakan.
Molekul ini adalah aspirin.
  • Uji kelarutan
Sebagian kecil alkohol larut dalam air karena gugus hidroksi pada alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Namun ketika ukuran gugus alkil bertambah besar , kelarutannya dalam air akan berkurang. Hal ini disebabkan oleh kemampuan gugus alkil yang dapat mengganggu pembentukann ikatan hidrogen antara gugus hidroksi dengan air. Jika gangguan ini cukup besar, akibatnya molekul – molekul air akan menolak molekul – molekul alkohol untuk menstabilkan kembali ikatan hidrogen antarmolekul air. Jika gugus non polar 9seperti gugus alkil) terikat pada cincin aromatik, kelarutan fenol dalam air akan berkurang. Hal ini yang dianggap menjadi alasan mengapa gugugs non polar disebut gugus hidrofob.
Selain dipengaruhi gugus hidroksi, kelarutam alkohol dalam air juga dipengaruhi oleh jumlah atom C-nya. Menurut literatur, pada umumnya alkohol yang mempunyai jumlah atom C 1-3 akan larut sempurna dalam air, jumlah atom C 4-5 akan sedikit larut dalam air, dan jumlah atom C >6 akan tidak larut dalam air.
  • Uji Lucas
Uji lucas digunakan untuk memebedakan alkohol – alkohol primer, sekunder, dan tersieryang dapat larut dalam air. Reagen lucas merupakan suatu campuran asam kloridapekat dan seng klorida. Seng klorida adalah suatu asam lewis, yang ketika ditambahkan dalam asam klorida akan membuatlarutan menjadi lebih asam. Alkohol tersier yang larut dalam air akan bereaksi denga cepat dengan reagen lucas membentuk alkil klorida yang tak larut dalam larutan berair. Adapun pada alkohol tersier terindikasikan dengan adanya pembentukan fas cair kedua yang terpisah dari larutan semula di dalam tabung reaksi dengan segera setelah alkohol bereaksi. Alkohol sekunder berjalan lambat dan setelah pemanasan akan terbentuk fasa cair lapisan kedua biasanya setelah 10 menit. Alkohol primer dan metanol tidak dapat bereaksi pada kondisi ini.
Pada alkohol tersier, atom klor biasanya terikat pada atom karbon yang sebelumnya mengikat gugus –OH. Pada alkohol sekunder, seringkali atom klor ini terikat pada atom karbon yang mengikat gugus hidroksi. Namun penataan ulang dapat saja terjadi yang mengakibatkan terikatnya atom klor tidak terjadi pada atom karbon yang sebelumnya mengikat –OH. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
  1. Reaksi secara umum + reagen Lucas
  2. alkohol primer + reagen Lukas            à tidak ada reaksi
  3. alkohol sekunder + reagen Lukas
  4. alkohol tersier + reagen Lukas
  • Uji Asam Kromat
Asam kromat dapat menyebabkan alkohol primer teroksidasi menjadi asam karboksilat. Bilangan oksidasi Cr +6 (berwarna merah kecoklatan) akan tereduksi menjadi Cr +3 (berwarna hijau). Adapun alkohol sekunder akan teroksidasi menjadi keton oleh asam kromat dan alkohol tersier tidak dapat teroksidasi oleh asam kromat.  Fenol sendiri biasanya teroksidasi menjadi tar berwarna coklat oleh asam coklat. Adapun reaksi – reaksinya adalah sebagai berikut.
  1.  
    1. alkohol primer + asam kromat             à asam karboksilat
    2. alkohol sekunder + asam kromat        à keton
    3. alkohol tersier + asam kromat             à tidak bereaksi
    4. fenol + asam kromat                           à tar
  • Keasaman Fenol
Sebagian besar fenol bersifat asam yang lebih lemah daripada asam karboksilat dan asam yang lebih kuat dari alkohol.ketika fenol bereaksi dengan suatu basa, fenol akan diubah menjadi anion fenoksida, sehingga fenol akan terlarut dalam larutan basa (sebagai garam fenoksida). Larutan natrium hidroksida dan natrium karbonat merupakan basa yang cukup kuat untuk dapat melarutkan hampir semua fenol yang tak larut dalam air, tetapi larutan natrium bikarbonat tidak dapat. Tak satu pun di antara basa – basa tersebut yang cukup kuat untuk mengubah sejumlah tertentu alkohol menjadi ion alkoksida (yang akan melarutkan alkohol yang tak larut air dalam bentuk anion alkoksida).
  • Uji Besi(III) Kromat
Penambahan besi(III) klorida yang terlarut dalam kloroform (triklorometana) ke dalam suatu larutan fenol dalam kloroform, menghasilkan suatu larutan berwarna ketika ditambahkan piridin. Berdasarkan struktur fenol, warna produk yang dihasilkan dapat bervariasi mulai dari merah sampai ungu. Adapun alkohol tidak menghasilkan warna apapun pada uji ini.